LAPORAN KUNJUNGAN KE MUSEUM KRETEK

laporan-kunjungan-musium-kretek

LAPORAN KUNJUNGAN KE MUSEUM KRETEK DAN RUMAH ADAT KUDUS

Disusun oleh:
Nama : Annisa Yuni Rahmatika
Kelas : 6B


Judul Kegiatan : Kunjungan keMuseum Kretek
Jenis kegiatan : Kunjungan atau observasi
Waktu         : Rabu, 16 November 2016
Lokasi         : Museum Kretek Kudus
Jam                 : Pukul 13.00 WIB
Obyek Kegiatan : Museum Kretek dan rumah adat kudus

Hasil Kunjungan:

Museum Kretek terletak di Kudus, tepatnya di Jalan Getas Pejaten No 155, Kecamatan Jati. Museum Kretek didirikan bertujuan untuk menunjukkan bahwa kretek berkembang sangat pesat di Tanah Jawa khususnya di kota Kudus. Museum Kretek memperkenalkan sejarah kretek hingga proses produksi rokok kretek. Mulai dari pembuatan secara manual samapai menggunakan teknologi modern. Museum ini didirikan atas prakarsa dan diresmikan oleh Soepardjo Roestam, Gubernur Jawa Tengah , pada 3 Oktober 1986. Gagasan ini bermula sewaktu Beliau berkunjung ke Kudus dan menyaksikan potensi kontribusi usaha rokok kretek dalam menggerakkan perekonomian daerah.
Di dalamnya tersimpan 1.195 koleksi mengenai sejarah kretek di wilayah ini, antara lain dokumentasi kiprah Nitisemito yang mendirikan pabrik rokok Bal Tiga, terdapat pula bahan dan peralatan tradisional rokok kretek, foto-foto para pendiri pabrik kretek dan hasil produksinya, benda-benda promosi rokok di masa lalu hingga sekarang, termasuk diaroma proses pembuatan rokok kretek. Selain menyimpan aneka koleksi tersebut, Museum ini juga memiliki aneka gerai rekreasi bagi berbagai kalangan. Museum ini dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di bawah naungan Pemerintah Kabupaten Kudus.

Rumah adat Kudus merupakan salah satu rumah tradisional yang mencerminkan akulturasi kebudayaan masyarakat Kudus. Rumah adat Kudus salah satu  simbol sejarah sebagai ciri khas bentuk rumah yang hanya bisa ditemukan di daerah Kudus. Rumah adat Kudus memiliki atap  memiliki simbol sejarah monumental. Keberadannya patut dipertahankan.. Namun, kenyataannya rumah adat yang dikenal dengan Joglo Pencu ini semakin lama terancam keberadaannya. Hanya sebagian kecil dari masyarakat (pemilik) yang peduli dan mempertahankan bangunan rumah adat Kudus.
Rumah Adat Kudus merupakan salah satu rumah tradisional yang mencerminkan akulturasi kebudayaan masyarakat Kudus. Rumah Adat Kudus memiliki atap berbentuk joglo pencu, dengan bangunan yang didominasi seni ukir empat dimensi khas Kota Kudus yang merupakan perpaduan gaya seni ukir dari budaya Hindu, Persia (Islam), Cina, dan Eropa. 
Rumah adat Kudus atau Joglo Pencu sendidri merupakan simbol dari wujud akulturasi kebudayaan Hindu dengan islam. Keberadaan rumah adat di Kudus tidak lepas dari seorang tokoh yang bernama Telingshing. Beliau adalah seorang sodagar atau pedagang dari China yang bermukim dan menetap di Kudus.  Rumah adat ini diperkirakan dibangun pada tahun 1500 M dengan bahan baku utama kayu jati berkualitas tinggi dengan system pemasangan bongkar pasang tanpa paku. Pada permukaan kayu juga terdapat ukiran dengan bentuk dan ukirannya yang mengikuti pola binsatang, ra ngkaian bunga melati, motif ular naga, buah nanas (sarang lebah), dan motif burung.
Joglo Pencu memiliki 4 (empat) tiang penyanggah 1 (satu) tiang besar yang dinamakan soko geder yang melambaikan bahwa Allah SWT bersifat Esa. Rumah adat Kudus atau Joglo Pencu memiliki 3 bagian ruangan yang disebut Jogo Satru, Gedongan dan Pawon. Jogo Satru adalah nama untuk bagian depan dari rumah adat tersebut. Secara makna kata jogo Satru bisa diterjemahkan jogo artinya menjaga dan Satru artiya musuh. Namun untuk sehari-hari rumah ini digunakan sebagai tempat menerima tamu yang berkunjung. Gedongan adalah bagian ruang keluarga. Ruangan ini biasanya digunakan untuk tempat tidur kepala keluarga. Untuk Pawon sendiri tempatnya  berada pada bagian samping. Pawon biasanya digunakan untuk masak, belajar dan beristirahat. Dihalaman depan rumah, terdapat sumur pada sebelah kiri yang dinamakan “Pakiwan”. 
Rumah adat kudus atau Joglo Pencu sendiri merupakan simbol dari wujud akulturasi kebudayaan Hindu dengan Islam. Keberadanan rumah adat di kudus sendiri idak lepas dari seorang tokoh yang bernama Telingshinng. Beliau adalah seorang sodagar atau pedagang dari China yang mukim dan menetap di Kudus.
Joglo Pencu memiliki 4 (empat) tiang penyangga dan 1 (satu) tiang besar yang dinamakan soko geder yang melambangkan bahwa Allah SWT bersifat Esa. Kepala bagian Museum Kretek, Suyanto, menjelaskan bahwa rumah adat Kudus Joglo Pencu memiliki 3 bagian ruangan yang disebut Jogo Satru, Gedongan, dan Pawon. Jogo Satru adalah nama untuk bagian depan dari rumah tersebut. Secara makna kata Jogo Satru bisa diterjemahkan jogo artinya menjaga dan Satru artinya musuh. Namun untuk sehari-hari Ruangan ini sering digunakan sebagai tempat menerima tamu yang berkunjung.
Gedongan adalah bagian ruang keluarga. Ruangan ini biasa digunakan untuk tempat tidur kepala keluarga. Untuk Pawon sendiri letaknya berada pada bagian samping. Pawon biasa digunakan untuk masak, belajar dan melihat televisi. “Untuk halaman depan rumah, terdapat sumur pada sebelah kiri yang dinamakan Pakiwan”, tutur Suyanto.

LAPORAN KUNJUNGAN KE MUSEUM KRETEK LAPORAN KUNJUNGAN KE MUSEUM KRETEK Reviewed by bentang bahasa on Desember 31, 2017 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.